dulu waktu kecil, rumah kami di kompleks perumahan level menengah ke bawah yang gangnya kecil-kecil. dua rumah nempel dengan satu atap. sisa halaman didepan, asalnya dibuat jadi taman yang cantik. dibuat berkontur, pohon palem, rumput jepang, dan lampu juga. belakangan, susah juga ngerawatnya. disisain pohon cemara di pojokan dan kemuning. lalu mama bertanam tomat, terong, dan cabai. lumayan, pasti mama berhemat beberapa ratus rupiah - angka jaman itu - dengan adanya kebun sealis lurus itu.
lalu lihatlah aku sekarang, dimulai beberapa tahun yang lalu. dulu, rumah pertama kami, terletak dipinggir jalan tol yang berisik dua puluh empat jam. didepan terhampar tanah kosong yang katanya untuk memberi jarak dengan tol tersebut. boleh digunakan oleh warga kompleks dengan biaya sendiri. mendengarkan pembicaraan warga, ada yang mau lapangan tenis ada yang basket ada yang lain lagi. saya ikut saja kata mereka. tetapi itu hanya pembicaraan. sampai beberapa tahun kemudian tidak ada pelaksanaan.
adanya saya meminta suami si mbak untuk mencari bibit angsana. ditanam berderet dipinggir jalan. tak lama kemudian, jalanan tampak lebih teduh dan rindang. lebih manusiawi. padahal sebenarnya rumah-rumah disitu terhitung mewah, kecuali rumah saya yang rumah asli dibuat oleh developer.
waktu-waktu berikutnya saya merapikan bagian tanah tak bertuan itu. dengan menanam berderet pohon pepaya. yang ketika berbuah sangat manis, dagingnya berwarna merah tua, dan lebat juga buahnya. kadangkala ada pemulung yang meminta. saya tidak keberatan. toh saya tidak akan habis memakannya sendirian. mama saya juga sering kebagian. dipetikkan ketika sudah tua dan masih keras. dibungkus tebal-tebal dengan kertas koran dimasukkan kardus dan dibawalah menempuh perjalanan sekian ratus kilometer. mungkin tidak sebanding dengan beratnya tetapi rasa bangga membawa buah tangan dari kebun sendiri sangat tidak ternilai. kemudian dibawahnya saya tanami dengan cabe rawit yang berbuah lebat juga, pandan, sereh, dan bunga-bunga yang disusun sebisanya.
saya memilih tanaman yang bisa dimakan - berbuah atau daunnya dan berbunga. jadi saya punya daun sirih yang nyaris sekebar piring, daun kemuning, daun kunyit, cabe, daun kemangi, daun mangkokan untuk membuat gulai, jambu air yang musti menunggu 5 tahun sebelum akhirnya berbuah, mangga, pepaya, kelapa gading, dan banyak lagi. oh, ya, markisa dan bunga telang yang merupakan pewarna alami biru. intinya, kita tidak akan kelaparan kalau mau berusaha dan memanfaatkan apapun yang ada disekitar kita. seperti posting kali ini, saya menanam cabe hijau di pinggir selokan :)